Sistem Informasi Data Spasial Sistem Koordinat
Sistem Koordinat
Jika
membicarakan proyeksi kita sering membicarakan Sistem Koordinat. Sistem
koordinat merupakan suatu parameter yang menunjukkan bagaimana suatu
objek diletakkan dalam koordinat. Ada tiga system koordinat yang
digunakan pada pemetaan yakni :
1.Sistem Koordinat 1 Dimensi : satu sumbu koordinat
2.Sistem Koordinat 2 Dimensi.
3.Sistem Koordinat 3 Dimensi.
Kalau
kita memperhatikan sebuah peta, kita akan melihat garis-garis membujur
(menurun) dan melintang (mendatar) yang akan membantu kita untuk
menentukan posisi suatu tempat di muka bumi.Garis-garis koordinat
tersebut memiliki ukuran (dalam bentuk angka) yang dibuat berdasarkan
kesepakatan. Perpotongan antara garis bujur dan garis lintang yang
disebut dengan koordinat peta.
Sistem Koordinat merupakan kesepakatan tata cara
menentukan posisi suatu tempat di muka bumi ini. Dengan adanya sistem
koordinat, masyarakat menjadi saling memehami posisi masing- masing di
permukaan bumi. Dengan sistem koordinat pula, pemetaan suatu wilayah
menjadi lebih mudah.
Saat
ini terdapat dua sistem koordinat yang biasa digunakan di Indonesia,
yaitu system koordinat BUJUR- LINTANG dan sistem koordinat UTM
(Universal TransverseMercator). Tidak
semua sistem koordinat cocok untuk dipakai di semua wilayah. Sistem
koordinat bujur-lintang tidak cocok digunakan di tempat-rempat yang
berdekatan dengan kutub sebab garis bujur akan menjadi terlalu pendek.
Tetapi, kedua sistem koordinat tersebut cocok digunakan di Indonesia.
Sistem
koordinat bujur-lintang (atau dalam bahasa Inggris disebut
Latitude-Longitude), terdiri dari dua komponen yang menentukan, yaitu :
- Garis dari atas ke bawah (vertikal) yang menghubungkan kutub utara dengan kutub selatan bumi, disebut juga garis lintang (Latitude).
- Garis mendatar (horizontal) yang sejajar dengan garis khatulistiwa, disebut juga garis bujur (Longitude).
Sistem Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator)
Koordinat
Universal Transverse Mercator atau biasa disebut dengan UTM, memang
tidak terlalu dikenal di Indonesia karena lebih sering menggunakan
koordinat bujur-lintang.
Pembagian Zona Dalam Koordinat UTM
Seluruh
wilayah yang ada di permukaan bumi dibagi menjadi 60 zona bujur. Zona 1
dimulai dari lautan teduh (pertemuan antara garis 180 Bujur Barat dan
180 Bujur Timur), menuju ke timur dan berakhir di tempat berawalnya zona
1. Masing-masing zona bujur memiliki lebar 6 (derajat) atau sekitar 667
kilometer. Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan
panjang masing-masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 km. Zona
lintang dimulai dari 80 LS - 72 LS diberi nama zona C dan berakhir pada
zona X yang terletak pada koordinat 72 LU - 84 LU. Huruf (I) dan (O)
tidak dipergunakan dalam penamaan zona lintang. Dengan demikian penamaan
setiap zona UTM adalah koordinasi antara kode angka (garis bujur) dan
kode huruf (garis lintang). Sebagai contoh kabupaten Garut terletak pada
zona 47M dan 48M, Kabupaten Jember terletak di zona 49M.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Koordinat UTM
Berikut ini adalah beberapa kelebihan koordinat UTM :
- Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama dengan lebar bujur 6 .
- Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat dikerjakan dengan rumus yang sama untuk setiap zona di seluruh dunia.
- Penyimpangannya cukup kecil, antara... -40 cm/ 1000m sampai dengan 70 cm/ 1000m.
- Setiap zona berukuran 6 bujur X 8 lintang (kecuali pada lintang 72 LU-84 LU memiliki ukuran 6 bujur X 12 lintang).
2. Macam-macam Proyeksi peta
1. | Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan | |
a. | Proyeksi Ekuivalen adalah luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas peta sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala. | |
b. | Proyeksi Konform artinya bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan bentuk aslinya. | |
c. | Proyeksi Ekuidistan artinya jarak-jarak di peta sama dengan jarak di muka bumi setelah dikalikan skala. | |
2. | Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetris | |
a. | Proyeksi Normal, apabila sumbu simetrisnya berhimpit dengan sumbu bumi. | |
b. | Proyeksi Miring, apabila sumbu simetrinya membentuk sudut terhadap sumbu bumi. | |
c. | Proyeksi Transversal, apabila sumbu simetrinya tegak lurus pada sumbu bumi atau terletak di bidang ekuator. Proyeksi ini disebut juga Proyeksi ekuatorial. | |
3. | Berdasarkan bidang asal proyeksi yang digunakan | |
a. |
Proyeksi Zenithal (Azimuthal), adalah
proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya.
Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu titik.
Untuk memperjelas silahkan perhatikan lagi gambar 03.5. Proyeksi ini menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub pada titik pusat proyeksi.
Ciri-ciri Proyeksi Azimuthal:
a. Garis-garis bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub. b. Garis lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang konsentris mengelilingi kutub. c. Sudut antara garis bujur yang satu dengan lainnya pada peta besarnya sama. d. Seluruh permukaan bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan berbentuk lingkaran.
Proyeksi Azimuthal dibedakan 3 macam, yaitu:
a. Proyeksi Azimut Normal yaitu bidang proyeksinya menyinggung kutub. b. Proyeksi Azimut Transversal yaitu bidang proyeksinya tegak lurus dengan ekuator. c. Proyeksi Azimut Oblique yaitu bidang proyeksinya menyinggung salah satu tempat antara kutub dan ekuator.
Untuk memperjelas pemahaman, perhatikan gambar berikut ini!
|
Khusus proyeksi Azimut Normal cocok untuk memproyeksikan daerah kutub.
Perhatikan gambar berikut ini!
Perhatikan gambar berikut ini!
Karena proyeksi Azimuthal paling tepat untuk menggambarkan kutub, maka penggambaran kutub melalui proyeksi ini dibedakan menjadi 3 macam yaitu: | |||||||||||||
1. |
Proyeksi Gnomonik
Pada proyeksi ini pusat proyeksi terapat di titik pusat bola bumi. Ekuator tergambar hingga tak terbatas. Lingkaran paralel berubah ke arah luar mengalami pembesaran yang cepat dan ekuator tidak mampu digambarkan karena pembesaran tak terhingga tadi. Pada daerah lintang 45° akan mengalami pembesaran 3 kali.
|
|
4. Proyeksi Mollweide
Pada proyeksi ini sama luas untuk berubah di pinggir peta. 5. Proyeksi Gall
Sifatnya sama luas, bentuk sangat berbeda pada lintang-lintang yang mendekati kutub. 6. Proyeksi Homolografik (Goode)
Sifatnya sama luas. Merupakan usaha untuk membetulkan kesalahan yang terjadi pada proyeksi Mollweide. Baik untuk menggambarkan penyebaran
Pada proyeksi ini sama luas untuk berubah di pinggir peta. 5. Proyeksi Gall
Sifatnya sama luas, bentuk sangat berbeda pada lintang-lintang yang mendekati kutub. 6. Proyeksi Homolografik (Goode)
Sifatnya sama luas. Merupakan usaha untuk membetulkan kesalahan yang terjadi pada proyeksi Mollweide. Baik untuk menggambarkan penyebaran
Digitasi Peta Secara Otomatis di Arcgis
Mungkin anda sudah mengenal software digitasi peta secara otomatis macam RasterVect ataupun Raster2Vector. Sekali lagi, saya mempromosikan piranti lunak GIS dan mapping tercanggih saat ini; ESRI ArcGIS, untuk melakukan operasi yang sama, digitasi otomatis tanpa kita kudu klak-klik tanpa henti. Kini, anda bisa menghemat tenaga dan menghindari jari telunjuk anda menjadi tremor!
Mungkin anda sudah mengenal software digitasi peta secara otomatis macam RasterVect ataupun Raster2Vector. Sekali lagi, saya mempromosikan piranti lunak GIS dan mapping tercanggih saat ini; ESRI ArcGIS, untuk melakukan operasi yang sama, digitasi otomatis tanpa kita kudu klak-klik tanpa henti. Kini, anda bisa menghemat tenaga dan menghindari jari telunjuk anda menjadi tremor!
Aktifkan ArcMap dari menu Start> All Programs> ArcGIS> ArcMap. Dari View, tekan Add Data. Pilih file gambar raster yang akan di-scan. Setelah muncul jendela Add Data, misalnya yang akan dipanggil adalah peta.bmp. jangan langsung di-klik, lalu Add.
dalam hal ini, yang musti kita lakukan adalah dengan klik ganda file
peta.bmp hingga kita bisa ‘masuk’ dalam file raster tersebut, dan
menemukan band RGB atau Band_1, 2 dan 3. Misalnya, yang akan kita pilih
adalah Band_1, tinggal klik sekali, lalu tekan Add, atau klik ganda pada file Band_1. Tidak ada pengaruh signifikan untuk kita pilih band 1, 2 atau 3. singkatnya, semua sama.
http://geoenviron.blogspot.com/2014/05/sistem-koordinat-dan-proyeksi-peta.html
Adam Adi Prayogo (1514321124)
Universitas Bhayangkara Surabaya
Universitas Bhayangkara Surabaya
Komentar
Posting Komentar